Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Bukan Hanya Dicekik dan Dibanting, Kekerasan Verbal juga Salah Satu Tindak KDRT yang Sering Tidak Disadari!

Kekerasan Verbal dalam Rumah Tangga

Pixabay

Wedding – Menjalani bahtera rumah tangga tidak lepas dari ujian yang menyertainya. Perbedaan pendapat adalah hal biasa, dua kepala sudah pasti dua kebiasaan, dua pola pikir juga dua hal lainnya yang berbeda. Tapi meski berbeda bukan berarti tidak bisa berjalan beriringan. Layaknya sepatu yang tidak bisa melangkah bersama-sama namun tujuan mereka adalah satu, satu tempat yang tuju.

Begitu juga dengan pernikahan yang dalam perjalanannya tidak semulus jalan tol. Kita akan melewati banyak kerikil bahkan bongkahan batu besar yang menghadang. Tetapi, bukan berarti dengan adanya batu besar tersebut menjadi alasan untuk menyerah. Karena pernikahan adalah dua orang dengan satu tujuan, maka yang harus dilakukan adalah berusaha bersama-sama untuk meningkirkan batu besar tersebut.

Jikapun sulit umtuk memindahkan batu tersebut, maka berusahalah untuk bisa melewatinya bersama-sama dengan cara apapun yang bisa menyelamatkan keduanya, bukan salah satunya. Pernikahan jadikan sebagai lading ibadah, bukan sebuah beban yang dianggap memberatkan langkah untuk maju kedepan.

Sejatinya, sebesar apapun masalah, jika kedua mau berusaha untuk keluar dari masalah tersebut dan sama-sama mau menyelesaikan msalah tersebut, insyaa Allah selalu ada jalan untu setiap ujian yang Allah berikan.

Dalam sebuah pernikahan ketika menemui sebuah masalah yang harus dipikirkan adalah bagaimana caranya memutus rantai masalah yang sedang dihadapi dan menyelamatkan pernikahan, bukan dengan mengakhiri pernikahan karena merasa tidak mampu melewatinya. Semua hal bisa dilewati jika kedua pihak memiliki satu tujuan dan sama-sama berusaha.

Tetapi jika pada prakteknya hanya salah satu pihak yang menginginkan keselamatan pernikahan tersebut, akan sangat berat sekali mempertahankannya. Karena memang sepatu sebelah tidak ingin berjalan menuju tujuan awal bersama, justru berputar balik dan menjauh dari tujuan tersebut. Maka hal ini akan sangat sulit sekali untuk memperjuangkannya sendiri.

Ketika tujuan tak lagi sama dan salah satu ingin mengkahiri, ketika masalah yang sebenarnya adalah dalam dirinya bukan dari pasangannya, maka segala cara bisa dilakukan agar pasangannya mau untuk mengakhiri pernikahan tersebut. bisa dengan bersikap dingin dengan pasangan dan anak-anak, berselingkuh atay bahkan yang lebih parah lagi adalah melakukan tindak kekerasan kepada pasangan. Kekerasan ini dilakukan mungkin saja bukan karena pasangan bersalah, tapi sengaja membuat masalah agar bisa berpisah.

Kekerasan itu sendiri tidak hanya berupa kekerasa fisik seperti yang baru-baru ini terjadi yaitu dicekik dan dibanting. Ternyata ada bentuk kekerasan yang sering terjadi tetapi tidak kita sadari dan tekah sukses meberik luka yang mendalam bahkan menjadi sebuah trauma bagi si korban kekerasa ini, yaitu kekerasan verbal. Apa saja kekerasan verbal yang sering tidak kita sadari? Mari kita dalami poin-poin dibawah ini.

1. Sumpah Serapah Kepada Pasangan

Pixabay

Sumpah serapah yang diberikan pasangan baik ketika hanya berdua maupun di depan umum. Mengatakan sumpah serapah kepada pasangan cukp menggores luka di hati, luka yang tidak ketara tapi akan sangat sulit untuk disembuhkan. Terlihat baik-baik saja, namiunn dibeberapa kesempatan ketika sedang sendiri, berdiam diri dalam sunyi tiba-tiba memori itu kembali muncul dan kembali membuka luka yang terlihat sudah baik-baik saja.

Tetapi ketika kembali teringat akan terasa kembali kepedihan yang dialami pada saat itu, masih teringat jelas bagaimana kata-kata itu telah menyakiti hatinya. Rasa nyeri yang tidk ketara mampu merampas semangat hidup seseorang juga sulitnya seseorang untuk bisa percaya kepada orang lain.

Ketika telah disakiti berkali-kali setelah sering memaafkan perlakuan tidak baik yang dialaminya, akan merubah mindset seseorang dalam menilai orang lain terutama orang baru dalam hidupnya.

2. Mencela Kecerdasan, Kemampuan Seksualitas, Bentuk Tubuh Dan Performa Sebagai Orangtua Dan Pasangan

Pixabay

Mencela kemampuan seksualitas istri apalagi membanding-bandingkan peran sebagai ibu dan istri dengan orang lain dalah salah satu hal yang sangat menyakiti. Karena setiap orang tentu memilki cara yang tidak sama dalam merespon sesuatu.

Mencela kecerdasan bisa menumbuhkan rasa tidak percaya pada dalam diri orang tersebut. merasa tidak berguna dan tidak pantas untuk siapapun. Melakukan hal apapun seakan tidak pernah benar, selalu saja kesalahan yang diterimanya bukan sebuah penghargaan apalagi terimakasih melainkan sebuah hinaan yang harus diterima.

Ketika suami memiliki hasrat seksualitas yang tinggi dan ternyata tidak istri mampu untuk memenuhinya, lalu menghina dan tidak menghargai pelayanan yang telah diberikan, padahal telah berusaha untuk memberikan pelayan terbaik untuk menyenangkan suami. Ketika suami tidak puas, selain kemampuan seksualitas yang diperolok-olokan juga bentuk fisik yang dianggap tidak sesuai harapan dan tidak menggugah hasrat, padahal suami juga belum tentu memenuhi hasrat yang sama.

Hanya menuntut hak dan melupakan kewajiban, padahal seorang istri bukanlah pemenuh kebutuhan seksual semata, tapi juga memiliki hak yang sama untuk diperhatikan dan mendapatkan perlakuan baik dari suami, bukan hanya sebagai pemuas nafsu yang ketika tidak terpenuhi justru menghina dan mencela istri.

Bagaimana bisa seorang istri melayani suami dengan ketulusan dan penuh cinta jika suami saja tidak memberikan kasih saying dan perhatian yang memadai kepada istri. Istri juga manusia yang memiliki kebutuhan cinta yang tangki cintanya harus terpenuhi setiap harinya. Ketika istri merasa senang dan bahagia, istri akan memberikan lebih dari apa yang diberikan suami.

Maka janganlah hanya menuntut hak tetapi lupa melakukan kewajiban diri sendiri yang istri berhak untuk mendapatkannya. Perlakukan istri dengan baik dan penuhi kebutuhan tangki cintanya setiap hari bukan dengan mencelanya dengan sikap dan kata-kata yang menyakiti hati.

3. Berteriak, Menjerit, Memanggil Dengan Nada Yang Merendahkan

Pixabay

Jangankan meneriaki istri, ketika bersikap dingin tanpa mengucap sepatah katapun saja sudah sukses menyakiti hati seorang istri. Istri adalah seorang wanita yang peka perasaaanya, mengedepankan perasaaan daripada hati, akan sangat mudah sekali tergores oleh kata-kata yang tidak ramah ramah di dengar oleh telinga.

Segala sesuatu yang terucap dari lisan seorang suami akan terekam dengan baik, kata-kata yang menyakiti mungkin tidak akan membuatnya meakukan hal serupa, tapi kata-kata tersebut bisa mengubah mindset seorang istri tentang suami dan pernikahan. Sikapnya berangsur berubah dan bisa menjadi sosok baru yang berbeda dengan dirinya sebelumnya.

4. Membatasi Gerak Pasangan Dalam Mengembangkan Potensi Diri

Pixabay

Ada tipe suami yang melarang istri untuk mengembangkan potensi dalam dirinya, melakukan hal-hal yang disukai meski di waktu senggangnya juga menjadi sebuah masalah dan kesalahan yang dilakukan. Padahal istri tidak melupakan dan mengabaikan kewajibannya sebagai ibu juga sebagai istri.

Tapi suami sangat membatasi gerak istri seakan istri hanya boleh melakukan hal-hal yang berhubungan dengan rumah saja, hampir mirip dengan memperlakukan istri selayaknya aisten rumah tangga dan baby sitter. Hanya melakukan pekerjaan-pekerjaan yang ada dirumah dan menajga anak serta yang paling utama melayani segala kebutuhan suami.

Suami lupa jika istri juga manusia dan bukan sebuah robot. ini artinya isri juga butuh melakukan hal-hal yang disukai untuk bisa menjaga mood-nya agar selalu baik dan menghilangkan penat setelah mengerjakan rutinitas yang itu-itu saja. Yang paling parah adalah ketika istri ingin mengekplor kemampuannya yang berpotensi mendapatkan pemasukan, suami tidak suka dan merasa tidak dihargai, tapi dibalik itu semua suami belum benar-benar bisa memenuhi semua kebutuhan istri dari yang paling prioritas sampai sekedar me time. Ini sama saja dengan menindas atau menjajah kebebasan istri.

5. Mengedepankan Ego Pribadi Dan Tidak Menghargai Perasaan Pasangan

Pixabay

Suami yang egois tidak menghargai dan memikirkan perasaan istrinya. Yang diutamakan adalah kebutuhannya sendiri. Tidak memberikan kesempatan kepada istri untuk menyampaikan pendapatnya, bahkan untuk menjadi pendengar yang baik saja suami tidak mau melakukannya.

Seakan-akan apa yang dirasakan istri bukanlah urusannya, lelah hingga sakit bukanlah hal yang penting baginya, adahal isri lelah jiwa raga untuk mengabdi kepada suami, namun suami yang egois tidak pernah menghargai pengorbanan yang telah isri lakukan. Bahkan apa yang dilakukan istri sekan bukanlah hal besar yang pantas untuk mendapatkan apresiasi, jangankan terimakasih, diakui keberadaanya saja suami tidak bisa.

Post a Comment for "Bukan Hanya Dicekik dan Dibanting, Kekerasan Verbal juga Salah Satu Tindak KDRT yang Sering Tidak Disadari!"