Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Selain Kecanduan Gadget, Ini Lima Kesalahan Mendidik Anak Laki-Laki yang Tidak Disadari!

Lima Kesalahan Orangtua dalam Mendidik Anak Laki-Laki

Pixabay

Kids and Parenting – Mendidik anak laki-laki bagaikan mempersiapkan calon pemimpin. Anak laki-laki diharapkan bisa menjadi pemimpin yang baik untuk dirinya dan keluarganya nanti. Menjadi seorang laki-laki yang baik bukanlah perkara mudah. Banyak hal yang harus orangtua siapkan dan lakukan untuk bisa membentuk karakter baik anak.

Membentuk karakter dan kebiasaan baik juga harus dimulai dari kita sebagai orangtua. Tidak hanya menuntut anak agar bisa menjadi anak yang baik, tapi kita terlebih dahulu harus menajdi orangtua yang baik sebagai contoh yang nyata bagi anak-anak.

Namun, zaman sudah berbeda. Tantangan orangtua semakin berat dengan adanya kemajuan zaman. Pergaulan anak yang semakin sulit dikendalikan juga banyaknya kemajuan teknologi yang juga turut serta membentuk karakter dan kebiasaan anak.

Anak-anak saat ini sedikit sekali yang turut serta dalam aktifitas orantuanya di rumah, sebagian besar dari mereka memiliki aktifitas sendiri di luar rumah, juga beberapa berada di rumah tapi tidak tahu dengan keadaan rumah. Paling ketara saat ini adalah anak sudah banyak menghabiskan waktu dengan gadget-nya.

Gadget ini memberikan efek baik dan buruk. Banyak hal baik yang bisa diambil jika gadget bisa digunakan sebaik mungkin, tetapi bisa menjadi boomerang bagi kita jika sudah kecaunduan gadget. Lupa waktu dan terlena dengan waktu luang. Bahkan waktu isturahat juga tergadaikan karena asyik bermain gadget.

Selain fenomena gadget, beberapa hal ini adalah kesalahan orangtya yang tidak disadari dalam mendidik anak laki-laki :

1. Tidak Dibiasakan Membantu Pekerjaan Rumah

Anak laki-laki membantu pekerjaan rumah bukanlah hal yang memalukan, pekerjaan rumah adalah tanggungjawab bersama anggota keluarga. Mengajarkan anak untuk mengenal pekerjaan rumah adalah agar anak bisa peka dengan keadaan. Anak bisa bertanggung jawab dengan apa yang telah dilakukan.

Misalkan anak selesai makan, kita mengajarkan untuk terbiasa mencuci piringnya sendiri setelah makan, kemudian bisa dilanjutkan dengan mencuci piring lainnya yang belum sempat dicuci oleh ibu. Tentu hal kecil ini bisa menjadi kebiasaan baik. Anak akan merasa lelah jika belum terbiasa, tapi dengan begitu anak jadi mengerti jika pekerjaan rumah itu cukup berat jika dilakukan sendiri, oleh sebab itu anak akan mulai memahami untuk saling membantu dalam meringankan pekerjaan rumah.

Kita juga tidak bisa memaksa anak untuk bisa menerima tugas rumah tangga yang kita berikan, tentu ada proses yang akan dilewati. Mungkin anak merasa malas atau malu bahkan merasa pekerjaan rumah adalah pekerjaan perempuan saja. Disinilah tugas kita untuk bisa memberikan pengertian bahwa pekerjaan rumah tangga adalah tugas bersama. Laki-laki yang melakukan pekerjaan rumah bukanlah merendahkan dirinya, justru menunjukkan bahwa laki-laki juga bertanggungjawab dan memiliki empati yang tinggi kepada perempuan.

2. Tidak Diperbolehkan Menangis dan Harus Selalu Kuat

Pixabay

Anak laki-laki yang menangis adalah laki-laki yang cengeng. Ini adalah mindset yang salah. Laki-laki juga memiliki hati dan sangat diperbolehkan untuk mengungkapkan isi hatinya dengan tetesan air mata. Menangis adalah sebiah ungkapan dari hati sebagai bentuk sedih juga bahagia. Laki-laki yang menangis adalah salah satu bentuk dari sisi kelembutan seorang laki-laki.

Laki-laki yang menangis akan lebih peka perasaannya akan sesuatu. Laki-laki menangis bukan karena lemah, alasan ini yang sering digunakan para orangtua untuk melarang anak laki-lakinya menangis. Padahal menangis adalah sebuah respon atas sebuah rasa yang ingin diungkapkan. Kita hanya perlu menjelaskan bahwa menangis bukan karena lemah dan laki-laki boleh menangis jika itu bisa mengurangi beban dalam hati.

Jika dengan menangis perasaaan bisa lebih tersampaikan maka tidak mengapa, hanya saja menangislah dalam batasan wajar bukan menangis yang terlalu meratapi atau bahkan sampai meraung-raung.

3. Tidak Memberikan Contoh Bagaimana Memperlakukan Perempuan dengan Baik

Pixabay

Mendidik anak laki-laki seperti mempersiapkan sosok yang nantinya akan menjaga perempuan dengan baik, bukan sebaliknya yang menyakiti perempuan karena secara fisik lebih lemah dari laki-laki. Maraknya pelecehan seksual dan kekerasan dalam rumah tangga dimulai dari pola asuh anak sejak kecil.

Anak yang memiliki luka batin sejak kecil bisa menjadi salah satu sebab mengapa menjadi laki-laki yang menyakiti perempuan karena luka batin yang diterimanya dahulu. Pentingnya memberikan contoh yang baik bagaimana memperlakukan perempuan dengan baik, semisal dengan memperlakukan kakak atau adik perempuannya, ibu dan neneknya dengan baik, menghormati perempuan dan menjaga perempuan dari kejahatan-kejahatan yang ada di sekeliling.

Memberikan contoh bagaimana membuat seorang perempuan merasa diharga dan dicintai, serta memahami besarnya peran seorang perempuan dalam kehidupan laki-laki. Laki-laki juga harus belajar untuk memahami karakter perempuan yang sejatinya lebih banyak menggunakan perasaannya dibandingkan dengan logikanya, sehingga dengan saling memahami dan saling membutuhkan, antara laki-laki dan perempuan bisa saling menjaga dan saling melengkapi bukan menyakiti dan merendahkan.

4. Membiarkan Anak Berbuat Sesukanya Sampai Merugikan Orang Lain

Pixabay

Anak-anak memang unik dengan segala tingkah lakunya. Baik tingkahnya yang lucu sampai tingkahnya yang keras kepala. Hal ini terjadi tentu karena banyak faktor. Baik karena lingkungan di dalam keluarga maupun melihat orang-orang di sekelilingnya di luar rumah. Karena anak adalah peniru yang hebat, sehingga anak akan merasa penasaran dan ingin tahu serta ingin melakukan hal yang sama seperti yang dilihatnya.

Disinilah dibutuhkannya peran orangtua untuk bisa mengawasi anak agar mengerti mana yang baik dan mana yang tidak baik. Karena anak belum bisa memfilter hal-hal yang masuk dalam memorinya. Semua diterima dan direkam dengan baik. Tugas kitalah yang membantu anak untuk bisa memilih dengan baik hal-hal apa saja yang harus dibuang dan baik untuk disimpan dan di ingat.

Karena banyak anak yang keras kepala dengan memaksakan kehendaknya, sehingga banyak orangtua yang kewalahan. Anak juga tidak mau mendengarkan orangtuanya bahkan berani mebentak orangtuanya dan tidak mau diam sebelum apa yang di inginkan bisa didapatkan. Jika kebiasaan ini berlangsung hingga dewasa maka orangtua akan sangat tersakiti dengan sikap anak yang tidak menghormati orangtuanya.

5. Tidak Mengajarkan Konsep Meminta Izin atau Bagaimana Menghormati Oranglain

Pixabay

Seringkah kita melihat anak merebut paksa barang milik orang lain tnpa meminta izin terlebih dahulu? Seringkah melihat anak semakin memaksa ketika si pemilik mempertahankan barang miliknya? Jawabannya sering, ya?

Mengapa anak bisa melakukan hak demikian tentu tidak lepas dari pola asuh dari orangtuanya juga dari lingkungannya. Kita mungkin tidak mengajarkan anak untuk merebut barang orang lain tapi kita lupa mengajarkan untuk meminta izin terlebih dahulu jika ingin meminjam barang yang bukan miliknya.

Membiasakan diri untuk meminta izin terlebih dahulu dan menghargai kepemilikan orang lain adalah salah satu dasar dalam pembentukan karakter baik anak. Anak harus mulai belajar mengerti bahwa tidak semua yang di inginkan bisa di dapatkan dan tidak semua hal harus di turuti. Selain itu barang milik orang lain bukanlah milik kita yang bisa diambil kapan saja.

Konsep meminta izin dan menghargai kepemilikan orang lain itu sangat penting, jika sedari kecil anak sudah terbiasa lalai dengan hal ini, maka hingga dewasa nanti akan menganggap milik oranglain juga bisa menjadi miliknya dengan cara apapun kapanpun ia mau. Tentu anak akan kehilangan empati sejak kecil dengan kebiasaan ini tanpa kita sadari.

Post a Comment for "Selain Kecanduan Gadget, Ini Lima Kesalahan Mendidik Anak Laki-Laki yang Tidak Disadari!"