Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Meminimalisir Angka Perceraian dengan Menjaga Kesehatan Pernikahan

Menjaga Kesehatan Pernikahan untuk Menghindari Perceraian

Pixabay

Dalam menjalani kehidupan berumah tangga rupanya modal cinta saja tidak cukup. Karena kehidupan berumah tangga memiliki banyak sekali likuan yang harus dihadapi oleh suami dan istri. Konflik-konflik kecil, sedang, hingga besar, sering kali muncul tanpa aba-aba.

Belakangan ini media—baik televisi maupun media sosial—sebagian besar isi beritanya adalah tentang perselingkuhan dan perceraian. Mulai dari perselingkuhan masyarakat biasa sampai publik figur. Mengutip dari databoks.katadata.co.id “Menurut laporan Statistik Indonesia, jumlah kasus perceraian di Indonesia mencapai 516.334 kasus pada 2022. Angka ini meningkat 15,31% dibandingkan 2021 yang mencapai 447.743 kasus.

Jumlah kasus perceraian di Tanah Air pada tahun lalu bahkan mencapai angka tertinggi dalam enam tahun terakhir.

Adapun mayoritas kasus perceraian di dalam negeri pada 2022 merupakan cerai gugat, alias perkara yang gugatan cerainya diajukan oleh pihak istri yang telah diputus oleh Pengadilan. Jumlahnya sebanyak 388.358 kasus atau 75,21% dari total kasus perceraian tanah air pada tahun lalu.

Di sisi lain, sebanyak 127.986 kasus atau 24,78% perceraian terjadi karena cerai talak, yakni perkara yang permohonan cerainya diajukan oleh pihak suami yang telah diputus oleh pengadilan.

Berdasarkan provinsinya, kasus perceraian tertinggi pada 2022 berada di Jawa Barat, yakni sebanyak 113.643 kasus. Diikuti oleh Jawa Timur dan Jawa Tengah, masing-masing sebanyak 102.065 kasus dan 85.412 kasus.

Terdapat lima provinsi yang tidak memiliki kasus perceraian sama sekali sepanjang 2022. Di antaranya Kepulauan Riau, Bali, Kalimantan Utara, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.

Adapun laporan tersebut mencatat, terdapat 448.126 perceraian di Indonesia yang terjadi berdasarkan faktor penyebabnya pada 2022.

Penyebab utama perceraian pada 2022 adalah perselisihan dan pertengkaran. Jumlahnya sebanyak 284.169 kasus atau setara 63,41% dari total faktor penyebab kasus perceraian di tanah air.

Kasus perceraian lainnya dilatarbelakangi alasan ekonomi, salah satu pihak meninggalkan, kekerasan dalam rumah tangga, hingga poligami.”

Beberapa kasus perceraian juga kerap kali terjadi akibat ikut campurnya pihak-pihak luar, misalnya orang tua, mertua, ipar, atau saudara. Dalam setiap kasus perceraian yang terjadi, anaklah yang selalu menjadi korbannya.

Jika pernikahan kita sehat, kehidupan rumah tangga kita sehat, in syaa Allah perceraian tidak akan menjadi akhir dari sebuah pernikahan. Lantas, bagaimana sebuah pernikahan bisa dikatakan sehat?

Pernikahan yang sehat, biasanya memiliki tanda-tanda seperti berikut :

1. Memiliki Pedoman Hidup dan Menjalankan Perintah Tuhan dengan Baik

Pixabay

Mengapa setiap orang harus memiliki pedoman hidup dan menjalankan perintah Tuhan dengan baik? Karena agar kita tidak mudah melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama, yang memungkinkan memicu konflik dan terjadinya perceraian dalam rumah tangga. Biasanya, orang-orang yang tidak patuh terhadap Tuhan, jauh dari Tuhan, akan mudah melakukan kesalahan. Untuk itu penting sekali bagi kita mengetahui apa saja yang diperintahkan dan apa saja yang dilarang oleh-Nya.

Seseorang yang memiliki pedoman dalam hidupnya, taat dengan perintah Tuhan biasanya tidak mudah hilang arah.

2. Memiliki Rencana untuk Masa Depan

Pixabay

Segala sesuatu memang harus direncanakan terlebih dulu secara matang-matang, termasuk merencanakan masa depan. Baik masa depan keluarga maupun masa depan untuk anak-anak kita. Misalnya saja memilih sekolah yang terbaik untuk anak-anak. Hal tersebut harus direncanakan dari jauh-jauh hari sebelum anak masuk sekolah.

Intinya, menjadi orang tua harus bisa bertanggung jawab atas perannya. Peran menjadi ibu dan peran menjadi ayah.

3. Menerima Kekurangan Pasangan

Pixabay

Poin yang satu ini mungkin bagi sebagian orang sudah cukup bosan untuk dibahas, ya. Akan tetapi kita harus tahu jika poin ini bisa dikatakan menjadi salah satu poin yang sangat vital dalam sebuah hubungan. Saat kita bisa menerima kekurangan pasangan, menjalani kehidupan berumah tangga pun akan jauh lebih ringan. Maksudnya, kita tidak gampang mengeluh ketika pasangan menampakkan kekurangannya.

4. Fokus Pada Solusi Ketika Ada Masalah

Pixabay

Tidak bisa dipungkiri jika masalah bisa datang kapan saja. Ketika kita dihadapkan dengan sebuah masalah, jangan sibuk saling menyalahkan, jangan sibuk mencari siapa yang salah dan siapa yang benar. Alangkah baiknya tenangkan diri sendiri masing-masing terlebih dahulu. Setelahnya, ajak pasangan mengobrol untuk mencari solusi dari masalah yang datang.

Saat kita fokus mencari solusi atas masalah yang datang, maka keributan pun bisa diminimalisir. Maksudnya, masalah yang terjadi sudah stop sampai di situ dan tidak merembet ke mana-mana. Berbeda jika kita sibuk mencari pembelaan, sibuk mencari siapa yang salah dan benar. Masalah pun akan menjadi makin runyam.

5. Tidak Mudah Cemburu dan Curiga Berlebihan

Pixabay

Kata orang, cemburu adalah tanda cinta. Memang benar adanya seperti itu, dengan catatan cemburunya tidak berlebihan, dan bukan cemburu buta. Akan tetapi, jika kadar cemburu kita berlebihan, yang ada malah membuat pasangan kita risi, dan merasa tidak bisa bebas, sehingga keharmonisan kita dan pasangan pun akan terganggu.

Begitu juga dengan rasa curiga yang berlebihan. Setiap orang tentu akan merasa risi jika selalu dicurigai. Termasuk pasangan kita. Jika sedikit-sedikit curiga, pasangan akan merasa jika kita tidak memiliki rasa percaya terhadapnya.

Berilah kepercayaan pada pasangan, jangan terlalu dikekang, agar pasangan tidak bosan dengan kita. Berikanlah sedikit kebebasan, kebebasan yang tetap ada batasannya.

6. Tidak Menceritakan Kakurangan atau Keburukan Pasangan Pada Orang Lain

Pixabay

Saat kita sudah memilih seseorang untuk menjadi pasangan, mau tidak mau, suka atau tidak, kita harus bisa menerima kekurangannya. Akan selalu ada kekurangan dalam diri pasangan yang mungkin kurang bisa kita terima. Akan tetapi, hal tersebut cukup kita saja yang tahu. Jangan pernah menceritakan kekurangan pasangan kita pada siapa pun. Baik teman, sahabat, bahkan orang tua.

Karena jika kita menceritakan kekurangan pasangan pada orang lain, terutama pada orang tua, nantinya orang tua akan mengungkit kekurangan menantunya ketika sedikit saja pasanganmu berbuat kesalahan. Bahkan hal tersebut bisa memicu orang tua menjadi ilfeel dengan pasangan kita.

7. Tidak Saling Menyalahkan Satu Sama Lain

Pixabay

Seperti yang sudah dikatakan pada poin nomor 4, kita jangan sibuk saling menyalahkan satu sama lain. Sibuk mencari-cari kesalahan pasangan hanya akan menciptakan konflik dalam rumah tangga, sehingga keharmonisan dalam hubungan kita nantinya akan terganggu. Hubungan dengan pasangan pun bisa menjadi renggang jika terlalu sering ribut.

Harusnya, kita dan pasangan saling mendukung, dan saling memaafkan. Bukan malah sebaliknya.

8. Saling Memuji Satu Sama Lain

Pixabay

Poin yang terakhir ini sering kali dianggap sepele, sehingga sering dilupakan oleh banyak pasangan. Padahal sebenarnya, saling memuji satu sama lain termasuk nafkah batin juga, lho!

Berikanlah pujian-pujian pada pasangan kita. Karena dengan begitu, keharmonisan dalam rumah tangga akan terbangun dengan baik. Tidak hanya itu saja, hubungan kita dan pasangan pun bisa menjadi makin erat.

Dalam sebuah hubungan memang sangat diperlukan sebuah kedewasaan. Kedewasaan yang tidak bisa dibangun hanya dengan waktu satu malam. Jika kita belum bisa melakukannya dengan cara dewasa, maka belajar menjadi dewasa jauh lebih baik dibanding dengan saling menyalahkan dan menjatuhkan satu sama lain.

Kebanyakan pasangan—terutama pasangan zaman sekarang—belum memahami perannya masing-masing. Tugas kita adalah terus belajar. Belajar dari pengalaman orang-orang di sekeliling, tidak perlu jauh-jauh, belajarlah dari pengalaman orang tua atau saudara kita. Karena memang sampai detik ini belum ada sekolah untuk berumah tangga, jadi yang bisa kita lakukan adalah mempelajarinya sendiri, menganalisa sendiri, dan mencoba menerapkannya pada kehidupan kita.

Banyak pasangan yang memilih mengambil jalan perceraian karena menganggap hanya itulah satu-satunya solusi dalam rumah tangganya, dan mencari pasangan yang menurutnya lebih baik dengan cara menikah lagi. Padahal faktanya, tidak banyak orang yang bahagia dan menemukan pasangan yang lebih baik dari pernikahan pertamanya. Kebanyakan dari mereka mengalami kegagalan dalam berumah tangga seperti pada pernikahan pertama.

Jika kita melihat orang lain kehidupan keluarganya lebih enak, lebih bahagia, lebih santai, dan seperti tanpa adanya konflik serta masalah, maka apa yang kita lihat adalah salah. Tidak ada rumah tangga yang tidak memiliki konflik dan masalah. Semuanya sama. Hanya saja, orang-orang yang terlihat bahagia ini lebih dewasa, lebih sabar, dan lebih ikhlas dalam menghadapi konflik dan masalah yang terjadi. Mereka sudah memahami perannya masing-masing, dan bertanggung jawab atas perannya.

Yuk, kita coba untuk lebih sabar dan lebih ikhlas lagi. Jangan menjadikan perceraian sebagai solusi dari setiap masalah yang ada pada rumah tangga, ya. Karena itu bukanlah solusi, justru yang menjadi korbannya nanti adalah anak-anak kita. Jika terjadi masalah, fokuslah mencari solusi tanpa harus memikirkan perceraian. Semoga rumah tangga kita menjadi rumah tangga yang selalu dilindungi dan diberkahi oleh-Nya. Aamiin.





Salam,

Firda Inayah

Post a Comment for "Meminimalisir Angka Perceraian dengan Menjaga Kesehatan Pernikahan "