Tips Menghadapi Anak Marah |
Pinterest |
Kids and Parenting - Seiring pertumbuhan dan perkembangannya, anak sudah bisa berekspresi. Baik merasakan rasa senang maupun rasa sedih, begitu juga ketika ia merasa tidak nyaman dan marah.
Cara anak mengekspresikan rasanya tentu berbeda-beda. Ada dengan cara diam, menolak makan, menolak berbicara dan lain sebagainya. Ada juga yang tantrum dan susah sekali dibujuk.
Semakin besar, anak semakin bisa membedakan ketidaknyamanan yang mereka rasakan. Ketika anak marah, baik dengan alasan jelas maupun tanpa alasan yang tiba-tiba anak marah, tidak jarang sebagai orang tua juga tersulut emosi karena perilaku anak.
Sebagai orang tua, kita harus bisa berperan menjadi tempat mengadu bagi anak. Bukan menghardik dan menghakimi. Berikan kesempatan kepada anak untuk menjelaskan, mengapa mereka marah.
Kemarahan yang tiba-tiba mungkin saja disebabkan oleh kemarahan sebelumnya yang mereka tahan. Bisa saja mereka tidak berani mengatakan, tidak bisa menjelaskan atau mungkin mereka ingin dimengerti tanpa harus menjelaskan panjang lebar.
Sebagai orang tua kita harus bisa menjadi tempat ternyaman bagi mereka. Di saat seperti inilah peran kita sangat dibutuhkan. Kita harus bisa menenangkan anak, mencoba memahami perasaan dan kemauan anak.
Turunkan ego, haluskan sikap dan lisan. Membujuk anak yang marah memang butih kesabaran. Ini tugas kita untuk membiasakan anak mengungkapkan perasaannya sejak kecil. Sehingga ketika marah nanti, atau mengungkapkan perasaan lainnya, anak sudah terbiasa untuk menjelaskan dan menceritakan kepada kita.
Anak-anak itu masih belum stabil emosinya. Kadang bisa meledak-ledak tanpa mengenal tempat dan waktu. Di sini kita diuji untuk bisa. Menenangkan diri sendiri juga menenangkan anak yang sedang marah.
Lalu bagaimana caranya agar orangtua bisa mengendalikan amarahnya?
Kita coba tips dibawah ini, yuk:
1. Tarik Napas Dalam-Dalam, Lalu Keluarkan Pelan-Pelan
Beristighfar (jika Muslim), kontrol emosi, tahan lidah dan tangan jangan sampai mengatakan sesuatu yang kasar dan menyakiti anak.
Tenangkan diri, tatap matanya dengan sayang, ada kaca-kaca di manik matanya yang mengharapkan pengertian kita. Marahnya adalah ungkapan rasa yang masih sulit untuk merek pahami.
Tahan emosi, usahakan tidak membentak, cukup dipertegas agar mereka mau mendengarkan apa yang kita sampaikan. Kita juga butuh kesabaran untuk bisa memenangkan anak. Karena jika kita turut membentak, maka anak juga akan melakukan hal yang sama saat marah.
2. Berdiri Menyejajarkan Tinggi Anak dan Beri Pelukan
Sejajarkan tinggi kita dengan tinggi anak, atau beri anak pelukan. Biarkan mereka tenang terlebih dahulu, biarkan mereka menghabiskan dan mengeluarkan apa yang mereka rasakan.
Pelukan mampu mentransfer energi positif. Dengan memberikan pelukan, anak merasa ada perlindungan dan kasih sayang. Tunggu sampai dirasa mereda. Jika sudah membaik, biasanya anak akan menjawab pertanyaan kita alasan mereka marah. Atau tanpa diminta mereka akan bercerita denga sendirinya.
Setelah mereka mampu untuk mengungkapkan kemarahannya, maka marahnya juga perlahan-lahan mulai mereda. Sudah berkurang beban yang diemban, perasaannya teah disampaikan, amarahnya telah diungkapkan.
3. Berikan Belaian pada Anak
Belaian dikepala atau punggung, sambil memberikan mereka waktu untuk benar-benar tenang dan bisa mengendalikan emosinya.
Belaian bisa memberikan ketenangan kepada anak. Biarkan anak meredakan emosinya, kita salurkan energi positif bahwa kuta peduli dan kita menyayanginya dengan pelukan dan belaian.
Berikan belaian selama anak mencoba untuk meredakan emosinya. Biarkan mereka dalam diam. Atau jika mereka sedang meracau, maka kita cukup dengarkan sampai anak selesai mengeluarkan amarahnya.
Tapi jika anak masih saja diam, tunggulah sampai mereka merasa lebih baik. Mungkin butuh jeda dan istirahat. Jangan paksa untuk bercerita jika anak masih marah. Berikan waktu untuk menenangkan diri terlebih dahulu.
4. Coba Tanyakan Baik-Baik Alasan Mereka Marah
Alasan marah setiap anak tentu berbeda-beda. Ada karena meminta perhatian, menginginkan sesuatu atau memang alsan lain karena merasa tidak nyaman namun tidak mampu untuk mengungkapkan. Sehingga yang bisa mereka lakukan adalah marah.
Coba kita tanya, mengapa anak marah? Mengapa tidak mau menurut? Jika anak sudah mereda emosinya, nanti akan bercerita dengan sendirinya. Namun jangan dipaksa jika anak tidak ingin bercerita.
Buat anak merasa nyaman terlebih dahulu dengan kita. Yakinkan mereka jika kita peduli dan mencoba memahami mereka. Yakinkan jika kita bisa dipercaya untuk mendengarkan keluh kesahnya.
Jika anak sudah merasa nyaman, makan dengan sendirinya akan bercerita. Dengarkan terlebih dahulu, jika didapati anak juga salah, maka kita berikan penjelasan. Dan ajarkan anak untuk memaafkan jika mereka merasa tersakiti.
5. Berikan Pengertian pada Anak
Jelaskan bahwa apa yang mereka lakukan tidak baik. Memukul, melawan, berkata kasar dan lainnya saat marah. Beri penjelasan sesuai dengan bahasa mereka agar mudah dimengerti.
Sampaikan alasannya, jika marah bisa menyebabkan hal yang tidak baik. Misalnya seperti tidak mempunyai teman, teman takut, teman tidak suka dan lainnya. Sampaikan dengan mengikuti logika mereka.
Boleh marah, tapi tidak boleh merusak barang, tidak boleh memukul, tidak boleh teriak. Sampaikan jika marah dan tidak suka dengan baik, maka dengan perlahan anak bosa mengontrol emosinya dan paham jika melakukan kesalahan.
6. Buat Kesepakatan Bersama Anak
Jika masalah sudah terdeteksi, maka buatlah kesepakatan dengan anak. Misalkan akan ada reward jika anak tidak nakal, diajak jalan-jalan jika mau menurut dan lain sebagainya.
Jika anak meminta sesuatu, buatlah kesepakatan dengan syarat. Jangan mudah berikan apa yang mereka lakukan. Karena bisa membuat mereka tidak bisa dengan penolakan. Bukan karena tidak sayang, tapi kita butuh memberikan mereka jeda.
Setidaknya kita mengajarkan mereka untuk berusaha menjadi anak yang baik, dengan menjadi anak yang baik, orang tua akan menyayangi mereka. Dengam begitu, apa yang mereka ingin, orang tua tidak keberatan untuk memberikan.
Bisa juga ketika anak meminta sesuatu, kita sepakati waktu. Misalnya berapa lama, sampai kapan. Setelah selesai bermain dibereskan kembali. Atau jika menurut, jadi anak yang baik, maka boleh meminta sesuatu.
Kita perlu membuat kesepakatan dengan anak, agar mereka tidak berbuat sekehendak hati mereka. Mereka belajar menghormati orang tua dan tidak berbuat seenaknya. Dengan begitu, mereka bisa belajar untuk disiplin.
Mengharap sesuatu tidak harus selalu bisa. Ada hal yang harus dikorbankan. Butih usaha untuk mendapatkan sesuatu. Jika apapun yang diminta dengan mudah kita berikan. Maka saat kita tidak mampu memberikan yang mereka butuhkan, mereka bisa saja marah dan tidak mau menerima. Karen sudah terbiasa dengan mudah mendapatkan sesuatu sehingga tidak menerima penolakan.
All Fams - Jika kita mampu melakukan cara diatas, mungkin bisa sedikit mengurangi kebiasaan anak marah. Biasanya anak akan meniru orangtuanya. Tapi, pada prakteknya memang tidak semua kondisi bisa melakukan hal tersebut. Karena setiap anak berbeda penanganannya.
Tapi, tidak ada salahnya ya, Bunda untuk dicoba, siapa tau dengan begitu anak bisa lebih mengendalikan emosinya dengan melihat orangtuanya yang lebih sabar dan bijak.
Memmang setiap anak memiliki tingkat emosi yang berbeda. Adakalanya sangat menurut, adakalanya tantrum dan tidak bisa dikendalikan. Itulah tugas kita untuk membentuk karakter anak. Setidaknya, kita bisa mengendalikan mereka ketika mereka marah.
Karena kitalah yang berperan dam bertanggung jawab untuk membimbing dan mendidik anak-anak kita agar menjadi anak yang berakhlak. Mendidik dan memberikan contoh nyata pada kehidupan sehari-hari, sehingga anak bisa mencontoh kebiasaan baik yang akan mereka ikuti dalam kehidupan sehari-hari.
Semoga bermanfaat. Tetap semangat menjadi orangtua yang penuh cinta. Mengajarkan anak untuk berbuat baik memang tidak mudah. Kita tetap harus berusaha menjadi tempat ternyaman bagi mereka. Kitalah yang paling mengerti dan memahami mereka. Sehingga mereka mau mengerti dan mendengarkan apa yang kita ucapkan.
Jangan lupa bahagia. Barakallahu fiikum. Love, Bunda Fams.
Nice info
ReplyDeleteThank you
Delete